Masisir, sapaan akrab dari sekumpulan mahasiswa-mahasiswi
Indonesia yang belajar di Mesir, akan memasuki tahun ajaran baru dan menyambut
kedatangan calon mahasiswa baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, PPMI,
kekeluargaan dari setiap provinsi sampai ikatan alumni sekolah atau pesantren
yang eksis di Mesir mempersiapkan agenda tahunan ini, seperti ORMABA (orientasi
mahasiswa baru) milik PPMI dan acara ospek lainnya di kekeluargaan atau ikatan
alumni.
Dalam perjalanan Masisir menuntut ilmu itu tidak semulus
pantat bayi. Banyak peristiwa-peristiwa buruk yang menimpa mereka, seperti
perampokan, pencurian, pelecehan seksual dan sebagainya. Mungkin agak
menakutkan bagi orang-orang yang mendengarnya, terutama orang di kampung
halaman mereka, apalagi calon mahasiswa baru periode 2018-2019 yang mencapai
2000 kepala. Tapi inilah realitas kehidupan yang terjadi terhadap Masisir
selama ini. Di sini saya akan menyoroti pada kejadian-kejadian pelecehan
seksual yang menimpa Masisir karena kejadian ini sangat jarang terekspos.
SK adalah calon mahasiswa al-Azhar yang masih menjalani
sekolah persiapan bahasa yang pernah mengalami nasib sial berupa pelecehan
seksual. Kronologi yang dialaminya yaitu ketika ia mengantar teman-temannya
yang ingin pulang dari rumah SK setelah subuh. Kejadian itu tertanggal 22
Agustus 2018 di sebuah taksi pelaku. Pada saat kejadian, SK tidak menyadari
bahwa bapak sopir taksi mulai menggerayangi bagian paha dan mengelus-elus
tangan SK. Lantas SK terpaksa menerima perlakuan sopir taksi karena tidak
memungkinkan untuk turun. SK hanya berusaha untuk menyingkirkan tangan jahil
sopir taksi sebisa mungkin. Setelah sampai tujuan, SK meminta rokok kepada sopir, dan
yang terjadi si sopir mau memberikan sebatang rokok dengan syarat mau menuruti
keinginannya dengan isyarat, “pegang sekali”. Langsung saja SK mengumpat dengan
bahasa Jawa, “asu”.
Masih ada lagi pengakuan
korban mengenai “fake taxi” yaitu oleh mahasiswa tingkat empat
berinisial DM. Kejadiannya yaitu ketika DM pulang dari flat KSW (kekeluargaan
Jawa Tengah di Mesir) sekitar habis subuh. Dia berjalan beberapa meter dari KSW
di pinggir jalan dan dihampiri sebuah taksi. Sopir taksi yang mengajak DM itu
tidak memberikan tarif untuk menumpangi mobil sedan putih berargo yang akan
mengantarkan DM ke rumahnya. Namun, sebelum sopir mengantar DM ke rumahnya,
sang sopir mengajaknya ke suq sayyarat yang memiliki lahan kosong cukup
luas. Sopir taksi mengajak DM ke suq sayyarat untuk melancarkan aksi
bejatnya dengan bermodus mengajari DM menyetir. Yang dilakukan sopir terhadap
DM hampir serupa dengan kejadian SK, tapi pak sopir terang-terangan menawari DM
untuk mengulum perkakasnya dengan memberikan imbalan uang. Untung saja DM masih
menjadi laki-laki normal yang suka dengan lawan jenis sesuai kriterianya, jadi
penawaran tersebut mudah ditolaknya.
Sebenarnya kejadian
pelecehan seksual yang terjadi di sini itu banyak, bahkan di tempat umum
seperti aksi amu sekop di bis 80 coret yang sempat jadi buah bibir
Masisir sekitar awal tahun 2018, pelecehan terhadap mahasiswi Malaysia pada 18
Maret 2018 dan masih banyak cerita di kalangan Masisir mengenai kejahatan ini.
Kejahatan ini tidak menimpa pada mahasiswa saja, namun warga negara asing lainnya, seperti
perempuan berkebangsaan Lebanon yang pernah mengunggah video di media sosialnya
tentang pelecehan yang terjadi pada dirinya, reporter wanita berkebangsaan
Amerika pada saat “konvoi” menggulingkan rezim Mohammed Morsi di Tahrir dan
juga ratusan warga Mesir sendiri yang menjadi korban.
Kejahatan pelecehan
seksual pada umumnya dilatarbelakangi oleh lingkungan yang terbiasa dengan
norma-norma sosial menyimpang. Kondisi sosial-politik pada suatu negara yang belum
stabil juga berpengaruh dalam kejahatan ini. Jadi memang tidak mengherankan
jika penyakit masyarakat ini masih mewabah.
Untuk mengatasi
kejahatan-kejahatan di Mesir pada umumnya yang terjadi pada WNI selama ini
pihak PPMI dan KBRI mengadu kepada pihak al-Azhar dan menteri luar negeri Mesir,
seperti yang telah dipublikasi oleh PPMI dalam situsnya pada 7 Februari 2017 Terkait
Keamanan, Grand Syeikh Kumpulkan Ketua Ittihadat Wafidin, kemudian
mengeluarkan imbauan-imbauan keamanan.
Memang cukup disayangkan bagi para korban dan Masisir pada
umumnya tidak bisa bepergian dengan perasaan aman, bahkan trauma. Inilah risiko
yang harus dijalani bahkan sampai nyawa yang dipertaruhkan sebagai seorang
penuntut ilmu yang tidak mulus perjalanannya seperti pantat bayi seperti yang
saya katakan tadi. Yang namanya keamanan memang tidak ada yang bisa menjamin
kecuali diri kita sendiri yang berhati-hati dan yang maha kuasa.
Di sini saya juga
menawarkan beberapa himbauan seperti PPMI dan KBRI bagi Masisir khusus masalah
pelecehan seksual:
1.
Jangan duduk di sebelah sopir taksi.
2.
Jangan menaiki taksi tanpa teman pada jam 12 malam sampai 6 pagi.
3. Persiapkan gawai saat ada ancaman kejahatan untuk berbagi lokasi atau
menghubungi teman.
4.
Lawan sebisa mungkin terhadap pelaku pelecehan dan berteriak sekencang
mungkin untuk meminta bantuan.
5.
Hindari tempat-tempat yang rawan terjadi kejahatan.
6. Apabila pelecehan terjadi di tempat umum, jangan sungkan-sungkan untuk
memberitahu orang-orang di sekitar Anda.
7.
Apabila melihat pelecehan menimpa orang di sekeliling Anda juga jangan ragu
untuk meminta pertolongan dan membantunya.
Mungkin ini sudah cukup untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual. Dan
dengan mengikuti saran di atas, kemungkinan berita-berita pelecehan seksual
dapat terangkat ke media-media massa sehingga kasus-kasus kriminal dan
pelecehan seksual khususnya dapat menyebar luas untuk meningkatkan kewaspadaan
bagi setiap pembaca atau pendengar. Begitu juga pihak aparat dapat mengusut
kasus-kasus yang terangkat ke media massa.
Referensi:
9.
pengakuan SK.
10. Pengakuan DM.
11.
Pesan-pesan di grup whatsApp Misykati, KSW, Keluarga Mahasiswa Kudus
di Mesir.
Comments
Post a Comment